Jumat, 04 September 2015

ANTARA TAWA DAN AIR MATA

 KISAH KONYOL


Mimpi apa ya sebelum kejadian, hingga air mataku berderai-derai dan pipiku pegal karena ketawa tiada habisnya. Ya tegang dan malu banget, tapi sekaligus lucu banget. Lumayanlah dapat menghibur teman-temanku. Ha…ha…ha…belum-belum aku dah ketawa nih. Ceritanya aku dapat undangan pernikahan dari Sulis, teman kantorku. Waktu itu aku lagi enggak terlalu semangat untuk tampil. Jadi, kuputuskan memakai baju dan sepatu waktu aku diboyong ke rumah suami habis nikah. Ya… kalau dihitung-hitung dah berumur 3 tahunan. Tapi, karena setelan batikku warnanya coklat keemasan, jadi masih terlihat bagus. Sepatuku pun masih manis tersimpan di dos sepatu. Maklum aku jarang pakai sepatu sandal berhak tinggi di kantor. Emas lagi warnanya.

Karena suamiku tidak ikut kondangan dan rumahku di pinggir kota, aku menginap di rumah temanku, Rini. Setelah dandan habis-habisan, aku pake baju dan sepatu. Waktu aku pakai sepatu kok perasaan ada yang enggak nyaman. Ternyata, sol sepatuku “mbuka” dikit. Waktu di mobil aku makin enggak tenang… solnya makin terbuka lebar. Sampai-sampai aku minta temanku tuk menurunkan kami di depan gedung. Nah bener kan, setiap kakiku melangkah, sepatuku langsung membuka, mirip banget ma mulut buaya, ngap-ngap-ngap…. Sempat kepikiran mau minta tolong ma penerima tamu tuk tukaran sepatu. Kan mereka cuma butuh berdiri, gak perlu jalan-jalan. Tapi, kok rasanya maksa banget ya, enggak kenal lagi. Akhirnya kuurungkan niatku.

Dengan tegang, aku masuk gedung pesta dengan digandeng temanku, Eny. Jalanku pun aku seret, gak berani melangkah, takut solnya lepas. Uh… dari pintu masuk sampai panggung pengantin, perasaan jauh banget. Hem…makin dekat panggung makin tegang aku. Apalagi waktu naik tangga, setiap tanjakan, kuakhiri dengan nafas panjang. Pas di depan pengantin dan keluarga, aku makin dag-dig-dug. Gak mbayangin kalau-kalau pas dishooting…pas lepas solku. Up…betapa malunya aku. Pas menyalami pengantin, mungkin senyumku rada terasa cemplang, kayak sayur kurang garam. Pas turun panggung makin tegang. Begitu sampai di bawah tangga, ah… plong rasanya. Untung Rini punya ide cemerlang waktu mau makan. Habis Rini ambil makanan dan duduk di kursi, aku tukaran sepatu ma Rini. Supaya aksi kami sukses, kami pilih kursi di belakang. Malu kan, kalau ketahuan. Lumayanlah meski sepatu Rini kegedean dan gak maching banget ma kostumku. Vantopel hitam boo… Yang penting happy dan kenyang. Aku bahkan sempet cari karet gelang apa rafia di petugas cathering…..eh enggak ada hasilnya juga.

Nah… pulangnya nunggu sudah sepi beneran. Untung teman-temanku yang ikut tegang pada pengertian banget. Akhirnya, supaya bisa cepat keluar dari pintu samping, aku cepat-cepat melangkah keluar. Waktu aku dada-dada sama temanku yang lagi makan, tiba-tiba aku merasa aku menginjak lubang dan hakku pas banget masuk lubang itu. Batinku gedungnya bagus-bagus kok lantainya lubang seh. Aku tenang-tenang saja. Tapi aku mendengar….teman-teman di belakangku pada ketawa ngakak…. Iseng-iseng aku menoleh. Ya Tuhan…. solku dengan manis tergeletak di belakangku. Pantas saja kok lantainya terasa rata. Rini, temanku, langsung jongkok dan memasukkan solku ke tasnya sambil enggak bisa menahan tawa. Teman-temanku yang lagi makan, akhirnya pada keluar gedung, karena enggak kuat menahan tawa juga. Aku juga ikutan ketawa. Akhirnya, sepatuku yang lain langsung kuambil solnya juga. Ah…ternyata enak juga dan tali-talinya enggak pada lepas. Tahu gitu dari tadi ya, aku lepas saja solnya…. Di mobil, sebentar-bentar, tawa riuh meriah kami terdengar, mengingat kejadian sol sepatuku yang lepas. Sampai rumah Rini, mau sikat gigi, mau tidur ketawa terus….

Nasib-nasib, seumur-umur baru kali itu loh aku kondangan tegang, trus jadi tertawaan banyak orang lagi. Gara-gara pakai sepatu stock lama, yang jarang aku pakai. Kapok aku. Ya ngamal dikitlah, idep-idep bikin orang senang. Makanya nih, kalian harus mastiin sepatu yang mau dipakai kondangan. Mungkin sepatu sandal bertali beda kekuatan lemnya dengan sepatu vantofel. Sampai sekarang kalau aku ketemu Sulis di supermarket atau di mana, aku selalu ketawa geli…

***

Nah, kalau yang ini lebih parah, pakai nangis-nangis segala saking sebelnya. Waktu Rini nikah di Sragen, aku semangat banget, maklum, teman ketawa-tiwi. Aku bela-belain njaitin kebaya dan rok panjang di penjahit spesial. Biasa to, kebanyakan wanita pengen tampil cantik dari ujung rambut sampai ujung kaki. Kalau bisa diusahakan senada warnanya atau kontras sekalian.

Malamnya, aku sibuk bikin kalung dan gelang pakai manik-manik mutiara putih. Trus bela-belain menjahit dompet lipat dari sisa-sisa kain. Aku juga sudah memesan kupu-kupu bordiran untuk hiasan dompet supaya senada dengan hiasan kebayaku. Adikku dan suamiku habis nonton tv, pada komentar melihat kesibukanku, “ Ya ampun semangat banget… Mbok sudah istiarahat saja, dah malam.” Mungkin mereka terganggu sama suara mesin jahitku….grig…grig…. Tapi aku tetep semangat menyelesaikan rencanaku. Daripada bangun pagi dan enggak nyucupi lagi waktunya mending bergadang sampai pagi.

Paginya aku sibuk mengemas kebaya dan rok panjangku. Akhirnya, aku kasih hanger dan kertas payung supaya enggak lecek. Rencanaku mau ganti di Sragen saja. Untung Yola menawari aku untuk bareng dengan mobil pacarnya. Aku diantar sama suamiku di pertigaan jalan menuju Candi Sambisari. Ketika mobil kantorku lewat dan berhenti, aku menolak untuk ikut karena sudah janjian sama Yola. Begitu juga ketika bis rombongan teman kantorku lewat, aku dada-dada saja dengan riang gembira.

Lama aku tunggu, kok Yola belum muncul-muncul ya. Setelah 1 jam dari waktu yang telah kami tentukan, aku mulai tegang dan khawatir. Jangan-jangan tadi Yola dah lewat tapi aku belum datang. Akhirnya, setelah 1,5 jam menunggu, aku pulang. Sampai di rumah adikku heran, kok sudah pulang. Aku enggak kuat menjawab dan hanya menangis sesunggukan. Mas Kris sambil ketawa menjelaskan kejadiannya. Wah….malu aku, dah belain nglembur-nglembur segala….

Akhirnya, aku pergi ke rumah temanku yang berangkat siang. Ya dengan malu-malu kuceritakan alasannya. Akhirnya aku sampai sana sudah siang, enggak sempat mengikuti misa pernikahan Rini di gereja. Waktu aku salami Rini dan Mas Kongko, suaminya, pecahlah air mataku. Uhuk…uhuk…ih cengeng banget ya aku. Lha iya wong waktu teman-teman nanya saja aku cerita sambil bercucuran air mata.

Selidik punya selidik, ternyata Yola dan pacarnya nunggu aku lama banget di Candi Prambanan. Karena aku enggak nongol-nongol akhirnya ditinggal… Ya maklum waktu itu belum ada hape, gak ada cara untuk menghubungi. Mungkin memang harus dipastiin bener tempatnya kalau janjian. Yang didengar belum tentu yang dimaksud. Maksud hati mau tampil all out, apa daya salah janjian tempat.

Tapi enggak pa-pa. Kalau enggak ngalami kejadian kayak di atas, kondangan terasa biasa-biasa ya ndak? . Kalau yang konyol-konyol kan bisa diingat terus dan kalau diceritakan bisa mengundang tawa. Tawa kan sebagian dari iman, eh bikin sehat....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar