Kata payau tentu tidak terlalu asing bagi telinga kita. Akan tetapi, payau yang ini bukan payau yang kita kenal sebagai campuran air sungai dan laut di pantai, bukan pula hutan yang ada di pantai.
Payau yang ini adalah sebutan orang Kalimantan untuk rusa. Mungkin karena mengeluarkan suara piu¡piu¡piu, maka dinamailah payau.
Sepintas suaranya hampir mirip suara orang lho. Binatang ini hidup di
Hutan Kalimantan, yang dewasa tingginya kira-kira 1 meter, beratnya bisa
mencapai 60 kiloan, dan badannya berbulu coklat. Harga sekilo daging payau
pada tahun 1993 sekitar empat ribu rupiah, sekarang bisa mencapai lima
belas ribu rupiah. Lumayan kan kalau sekali berburu dapat 10 sampai 15 payau. Taruhlah dapat 10 payau
berarti ada 9 juta di tangan. Eit, tunggu dulu, itu masih dibagi lagi
lho, karena biasanya pemburuan dilakukan berkelompok antara 3 sampai 5
orang. Waktu berburunya pun bisa sampai seminggu. Begitu dapat payau,
pada hari itu juga langsung mereka bawa ke pasar terdekat. Lalu mereka
kembali lagi ke hutan. Kalau sudah dapat 10-15 ekor barulah mereka
pulang.
Pengen tahu gimana rasanya berburu payau di Hutan Batu Apar, Bengalon, Kabupaten Kutai Timur? Berikut ini adalah pengalaman Slamet seorang perantau kelahiran Rembang, Jawa Tengah, yang dituturkan kepada penulis. Sebetulnya berburu payau
bukanlah cita-citanya. Akan tetapi, sudah lama dia menggangur lantaran
tidak punya pekerjaan. Akhirnya, tawaran beberapa pemuda Kutai untuk
bercocok tanam di hutan pun diterimanya. Meskipun ada rasa heran dengan
istilah "bercocok tanam" tetapi keheranannya dia simpan saja di dalam
hati.
Dengan membawa perbekalan seperti beras, mie, dan
ikan asin juga peralatan memasak seperti ketel dan ceret berangkatlah
mereka ke Batu Ampar. Biasanya mereka pergi ketika musim tumbuhan bersemi karena payau-payau
suka makan daun muda. Hutan Batu Ampar pada tahun 90-an masih perawan,
pohon-pohonnya lebat dan tinggi. Di dalamnya bisa kita temukan danau
dengan air yang sangat bening dan bersih. Begitu sampai di pondok mereka
disambut gonggongan beberapa anjing. Itu bukan suatu gonggongan yang
menakutkan tetapi ucapan selamat datang bagi tuannya. Mereka bisa
membedakan antara tuannya atau bukan. Jadi, jangan coba-coba untuk
mencuri anjing-anjing tersebut. Bisa-bisa kita terkena gigitan mautnya.
Anjing itu bukan anjing biasa tetapi anjing kampung yang sudah terlatih
keahlian berburunya. Harga satu anjing yang bisa diandalkan sekitar 700
ribu rupiah.
Sesudah beristirahat sebentar, segera saja
mereka berangkat ke hutan dengan membawa tombak yang batangnya terbuat
dari kayu ulin. Kayu khas Kalimantan yang sangat terkenal kuat dan tahan
air. Oh, ternyata Slamet diajak berburu payau bukannya
bercocok tanam beneran. Begitu mendengar suara piu¡... piu... piu... si
anjing-anjing itu langsung lari secepat kilat meninggalkan tuan-tuannya.
Pemburu itu langsung menyebar ke segala arah untuk mencari anjing
mereka. Biasanya anjing-anjing itu ditemukan di sekitar danau, di tempat
itu pula biasanya payau yang kelelahan berada. Selain lelah kaki payau pun biasanya luka digigit anjing. payau
itu langsung ditombak di bagian jantungnya. Supaya tepat sasaran,
tombak diarahkan di bawah leher dan di antara kaki depan. Karena itu,
kalau pemburu terlalu lama menemukan mereka, bisa saja payau
yang sudah sehat kembali akan melihat kesempatan ini untuk melarikan
diri secepatnya. Anjing-anjing itu sudah tidak punya tenaga lagi, jadi
begitu lihat air langsung deh mereka minum sepuasnya. payau yang berhasil ditangkap mereka kuliti di hutan lalu mereka pikul untuk dipotongi dan dijual di pasar Bengalon.
Sayangnya si anjing tidak kebagian jatah hasil buruhannya. Bukannya pelit sih, tapi si anjing memang dilarang makan daging payau. Kalau sudah pernah makan, bakalan tidak mau diajak berburu payau lagi. Jadi, si anjing dikondisikan untuk penasaran terus. Sebagai gantinya si anjing dapat daging landak atau babi.
Pertama kali Slamet mendapat payau tidak dengan cara berburu tetapi dengan menjerat. Hasil jeratannya pun hanya seekor anak payau yang kecil. Jeritannya piu... piu...piu¡... yang sangat lemah itu membikin Slamet kasihan dan ingin melepaskan saja si payau kecil itu. Begitu ingat tujuaannya mencari uang niat itu diurungkan lagi dan dia tombak juga payau itu.
Kalau mau memasang jeratan pun harus penuh strategi karena payau
sangat tajam penciumannya. Sesudah memasang jeratan, pemburu harus
jalan mundur dan tanah yang akan dipijak dialasi daun supaya bau manusia
tidak tertinggal di lokasi penjeratan. Binatang yang terjerat akan
tergantung di pohon. Karena itu, harus pilih pohon yang kuat, eh siapa
tahu dapat payau besar. Tali yang biasanya mereka gunakan adalah nilon.
Pernah
suatu saat mereka diserbu dua ekor banteng besar yang marah karena
anaknya berhasil dibunuh Slamet. Karuan saja mereka lari terbirit-birit
dan memanjat pohon yang terdekat. Banteng itu menyodok-nyodokkan
tanduknya dengan kuat ke pohon yang mereka panjat. Untung saja pohon itu
cukup besar dan kuat. Setelah setengah hari nangkring di pohon dengan
ketakutan, mereka baru ingat petuah tetua Kutai. Mereka langsung
mengetuk-ngetuk batang pohon pakai mandau (parang Kalimantan) dengan
irama yang tetap tok...tok...tok.... Eh bener saja, banteng-banteng itu lalu
gloyor masuk hutan, kemarahan segera saja lenyap entah ke mana.
Akhirnya mereka bisa bernafas lega dan turun dari pohon.
Kadang
mereka bertemu dengan orang hutan (bukan orangutan lho) yang bajunya masih dari kayu hutan. Langsung saja mereka petik ranting dan menanam
kembali ke tanah. Itu sebagai sandi bahwa mereka tidak saling ganggu.
Tempat beburunya pun bisa berpindah-pindah. Mereka bisa tidur di atas
karung yang digantung 1 meter di atas tanah. Mau tahu caranya buat
tempat tidur darurat ? Lubangi kedua ujung karung lalu masukkan tongkat
di kiri dan kanannya. Sesudah itu, ikat keempat ujung tongkat dengan
kayu yang sudah ditancapkan ke tanah. Cara masaknya pun mirip kalau kita
sedang berkemah dengan menggantungkan ketel atau ceret di kayu.
Rasa daging payau mirip daging domba atau kambing. Bagi kaum laki-laki, ada mitos bahwa janin payau bisa dipakai sebagai obat kuat laki-laki. Janin mentah itu dicampur dengan bir lalu diteguk begitu saja.
Nah,
kalau Anda suka berpetualang dan menikmati ketegangan yang
mengasyikkan, silakan coba bergabung dengan pemuda Kutai yang sampai
sekarang masih menekuni kegiatan berburu di hutan bersama anjing-anjing
pintar.
oleh-oleh dari Kalimantan Timur th 2003, telah dimuat di http://bulletin.alambahasa.com, 13 Mei 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar